Rangkaian power amplilfier dari dulu sampai sekarang tidak
banyak mengalami perubahan. Ada yang bilang rangkaian ini bagus, rangkaian itu
bagus tapi pas dirakit
dan dites ternyata hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Masalah yang ada
biasanya
treble kurang halus, suara kurang kenceng, suara pecah, dengung,
dites ditengah lapangan suara bass hilang. jadi kita tidak harus percaya
omongan orang 100%. Kualitas amplifier built-up pasti berbeda jauh dengan
amplifier rakitan, rangkaian boleh sama tapi kualitas akan bergantung
pada siapa yang merakitnya.
Berikut ini ada beberapa trik yang perlu dicoba.
MENGATASI DENGUNG:
Dengung biasanya terjadi pada audio amplifier dengan sumber arus ac. Pada kit
amplifier biasanya tidak sensitif dengung, tetapi jangan dipasang terlalu dekat
dengan trafo, kawat pada papan pcb yang merupakan tembaga bisa menerima sinyal
ac. Sinyal ac ini diperkuat sampai beberapa puluh kali sehingga bisa terdengar
di speaker, terrr, nguuung.
SETING TRIMPOT ARUS IDLE:
Putar trimpot arus (jika ada) sampai mengalirkan arus sebesar 50-100mA pada
tiap transistor power, tujuannya untuk menghindarkan cacat treble pada
posisi volume di atas jam 10. Resikonya heatsink jadi panassss! (ini tanda
setingan klass A-AB)
MENGATASI SUARA LOYO/KURANG KENCANG:
Gunakan rangkaian pre-amp untuk menaikkan sinyal minimal sebesar 2 kali.
Biasanya dan seharusnya rangkaian pre-amp ini menggunakan IC op-amp dengan
supply minimal +12V -12V. Naikkan nada mid-nya! Rahasianya bukan di nada
mid-nya saja tapi sinyal output dari IC op-amp biasanya besar.
TREBLE PECAH:
Treble yang berlebihan akan merusak power amp, tenaga bukannya keluar malah
ngedrop. Mengatasinya, bisa menggunakan crosover atau limiter. Pada amplifier
rakitan, pasang kapasitor filter 1nF pada input power amp ke ground untuk
menjamin sinyal tidak cacat. Gunakan selalu komponen aktif yang berkualitas
seperti IC dan transistor.
Gunakan kabel yang besar dan sependek mungkin, terutama untuk kaki transistor
power, dan sebaiknya transistor ini langsung disolder ke pcb.
BASS HILANG DI LAPANGAN:
Biasanya masalah ada di desain model bok speaker dan penempatannya. Coba
gunakan driver speaker yang mempunyai diameter spul besar (2-3") dipasang
dengan ukuran bok yang cocok. Biasanya disertakan contoh parameter dan
referensi dimensi bok, tetapi referensi box yang diberikan tidak selalu sesuai
dengan yang diharapkan, tidak hanya pada ACR, Kicker Subwoofer pun begitu.
Ukuran bok biasanya lebih besar dari bok -bok yang dijual di pasaran. Dinding
bok harus tebal, kuat dan harus diLEM!!! Bok yang dilem dengan yang tidak akan
beda suaranya, terutama nada bass, buktikan
DAUN SPEAKER BERGETAR LIAR
Konus atau daun speaker yang bergetar liar hampir tak terkendali bisa
disebabkan dari desain amplifier itu sendiri yang terlalu mengedepankan
kualitas sinyal pada frekuensi rendah hingga frekuensi tinggi, desain bok
speaker yang tidak mau merespon bas dengan sempurna, dan bisa juga dari
transformator yang lemah. Tegangan transformator yang naik turun pada saat
speaker digeber dapat membuat daun speaker naik turun juga dan cenderung liar
tidak stabil. Ini yang membuat karakter amplifier seperti lemah, loyo, dan
kurang tenaga. Disarankan menggunakan trafo dengan supply arus minimal 5 Amper
untuk tiap speaker.
PEMILIHAN KOMPONEN:
KAPASITOR SUPPLY...
Biasanya power untuk lapangan menggunakan supplay trafo 50V CT 50V, atau
minimal 40V ct 40V. Semakin besar tegangan supply semakin besar watt yang
tersalurkan walaupun di rangkaian cuma tertulis 300-400 Watt saja. Tentu saja
ini menggunakan kapasitor elko dengan voltase 80-100V. Kapasitor 10.000uF/100V
akan sama dengan 4X10.000uF/50V.
Usahakan untuk menggunakan elko yang kuat di temperature 105 ‘C. Kapasitor ini
kuat di supply lebih dari voltase nominal yang tertulis di badannya, biasanya
dilebihkan sebesar 25%. Sebagai contoh kapasitor 4700uF/50V 105’C akan sama
dengan 4700uF/63V 85’C. Supaya elko ini tidak cepat meledak jika diberi
tegangan penuh, usahakan temperaturnya sedingin mungkin.
Ukuran kapasitor biasanya sekitar 2x4.700uF untuk tiap speaker. Stereo
amplifier 4x10.000uF.
SENSOR PANAS
Berupa transistor, transistor ini biasanya bertipe MJE340 atau bisa juga BD139
letaknya ada ditengah, diapit oleh sepasang transistor yang bermodel sama.
Transistor ini harus dipasang pada main heatsink untuk mendeteksi
panas yang dihasilkan oleh transistor power. Kerjanya untuk menurunkan arus
bias pada saat heatsink panas. Terus kenapa heatsink dan transistor power harus
diset diposisi panas? Ya tujuannya tidak lain untuk menghindarkan sinyal dari
cacat (di kelas A atau AB), dengan konsekuensi panas. Kelas ini tidak perlu dan
tidak akan terasa jika kita hanya menginginkan nada bass saja. Tujuan seting
pada. kelas AB adalah suara tetap jernih walaupun volume diputar diposisi
maksimal (di tengah lapangan). Rasanya tidak mungkin, tapi ini lebih mendekati.
HEATSINK YANG BERUKURAN BESAR
Bukan hanya kapasitor elektrolit yang lebih mudah meledak di temperatur tinggi,
transistor power juga bisa break jauh di bawah tegangan break aslinya. Sebagai
contoh transistor 2SC5200 mempunyai tegangan break sebesar 230Vdc, tetapi jika
temperaturya tinggi maka nilai tegangan break-nya akan turun jauh di bawah
nilai ini, akibatnya transistor cepat rusak. Penggunaan heatsink dan kipas
pendingin sangat penting bukan hanya untuk menurunkan panas, lebih dari itu
dapat menghindarkan transistor dari break/rusak dan output yang melemah.
Semakin panas temperatur maka akan semakin kurang kemampuannya. Penggunaan
pendingin ini diharapkan agar komponen tetap fresh, fit dan tahan lama.
Tambahan: protektor pada power built-up atau pabrikan kadang tidak berfungsi
kalau heatsink sudah panas, ini yang membuat power pabrikan rusak. Seberapa pun
amplifier dibuat aman kalau operator kurang memahami, perangkat bisa rusak.
Atau mungkin amplifier pabrikan didesain untuk itu, umur amplfier di-timer?
TRANSISTOR POWER
Banyak sekali tipe dan model transistor ini, sebagai contoh MJ15003-4 &
MJ15024-5 dari Motorola, tapi sayang komponen ini sudah tidak diproduksi oleh
Motorola lagi tetapi dari ON semiconductor. Hanya beda merek bisa mengurangi
kualitas. Transistor model jengkol biasanya lebih kuat di temperature tinggi,
mungkin karena lebih kedap udara. Menurut beberapa teman, karakter dari
transistor jengkol ini lebih kuat ke mid, terutama kalau sudah panas. Kalau
sudah panas, kekuatan power transistor turun, gain/penguatan naik, mudah
sensitif, perkiraan desain proteksi/keamanan meleset jauh, cukup berbahaya!
2SC5200 dari Toshiba, transistor ini dalamannya sama besar dengan Sanken
2SC2922, dan keduanya akan break jika temperaturnya terlalu panas. 2SC2922
Sanken mengeluarkan butiran-butiran timah jika dipanaskan, ini kelemahan.
2SC3281, transistor ini paling populer, paling linier di temperatur
dingin-hangat dan sering dipakai pada professional amplifier, tetapi
Toshiba tidak lagi memproduksinya, gantinya ya C5200. Jika transistor
C3281 masih ada di pasaran, maka itu kemungkinan besar adalah palsu!!!
Karakter Sanken 2SC2922 diakui paling empuk. Toshiba 2sC5200 low juga dan
paling banyak disukai karena karakternya dianggap paling linier dan cocok
dengan selera telinga audio diyer.
TRANSFORMATOR
Ada dua model transformator yang sering dipakai, yaitu model EI
(kotak/konvensional) dan model Toroid (Cincin/donat). Ada yang bilang trafo
model toroid lebih bagus karena memiliki kobocoran fluk yang lebih kecil, pada
kenyataannya sama saja, atau mungkin radiasi toroid lebih besar.
Rangkaian-rangkaian yang sensitive terhadap flux ini adalah rangkaian yang
berpenguatan tinggi seperti pre-amp head dan pre-amp mic. Rangkaian ini
biasanya dipasang horizontal/datar sejajar dengan susunan kawat email trafo
konvensional sehingga rangkaian menerima dengung yang lebih besar. Berbeda
dengan trafo model toroid yang kawat emailnya tersusun secara vertical sehingga
kawat-kawat ini tegak lurus dengan kit-kit rangkaian.
Efeknya adalah fluk yang di terima kit pre-amp head lebih kecil. Untuk
mengatasi agar fluk ini tidak masuk ke rangkaian adalah dengan
men-shelding/ membentengi dengan plat berbahan aluminium padat kedap oksigen.
Plat ini tentu saja dihubungkan ke ground melalui kabel. Untuk menyamai
transmisi fluk secara vertical, trafo konvensional perlu di pasang miring (sisi
samping dijadikan sisi bawah) sehingga susunan kawat trafo tegak berdiri, cara
ini sering dipakai pada power-power built-up lama. Ini membuat kita harus
memilih casing yang tinggi.
Tegangan 50V CT 50V bisa didapatkan dengan menggabungkan 2 transformator
25VCT25V, CT tidak dipakai, kaki 25V dijadikan 50V sehingga kaki satunya
menjadi CT, sehingga jumlah total adalah 100V atau 50VCT50V. Ini pantas dipakai
untuk pwr amp berdaya di atas 500Watt.
Untuk keamanan, speaker berdiameter 6" biasanya disupply dengan trafo 12v
ct, speaker 8" dengan tegangan 18v ct dst. Untuk home audio, nominal arus
pada transformator minimal 1/4 dari nominal tegangan trafo, dan arus nominal
untuk audio pro 1/2 dari tegangan trafo, cukup besar kan?.
FUSE
Sifat rusaknya bahan semikonduktor/transistor power amplifier adalah short,
jika menggunakan supply yang cukup tinggi maka rusaknya satu transistor ini
akan mengajak pasangannya untuk rusak pula. Agar rusaknya transitor ini
tidak berjamaah perlu adanya pemasangan sekering. 1.5A per power
transistor dirasa cukup.
PENULISAN DAYA AMPLIFIER
Sebesar apa pun amplifier yang kita punya hanya disarankan untuk main di beban
4 Ohm atau 2 speaker /channel, stereo amplifier jadi 4 speaker. Kita ambil
gampangnya, amplifier yang ada tulisan 2 x 600 Watt, speaker yang cocok adalah
speaker yang ada tulisan 600 Watt juga, ini lebih aman. Kalau daya amplifier
lebih besar dari nominal daya speaker, ada kemugkinan speaker bisa rusak.
Rangkaian proteksi yang ada di dalam amplifier tidak bisa mengamankan
masalah ini.
Beda diameter speaker atau beda nominal daya beda pula kekuatan amplifiernya.
Biasanya operator sound lebih cari gampang. Speaker 4 x 12" di drive
dengan satu stereo amplifier (2 x 400-600Watt). Speaker 4 x 15" di drive
dengan stereo amplifier 2 x 800 Watt, tiap kelipatan 4, dst